Yang Mau Qurban, Jangan ke Salon Dulu yak! :D

Bagi yang sudah meniatkan berqurban tahun ini, sepertinya hasrat pergi ke salon untuk meni-pedi atau potong pendek rambut atau cabut bulu kaki yang belebihan harus ditunda sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah berakhir nih. Nih hadisnya,

Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Apabila engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara kalian ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun bagian dari rambut dan kulitnya.” [HR. Muslim]

“…menyentuh sedikitpun bagian dari rambut dan kulitnya.”; Rambut dan kulit disini berarti rambut dan kuku orang yang berqurban, bukan rambut dan kuku hewan yang mau diqurbankan. Karena banyak penafsiran bahwa rambut disini adalah rambutnya si hewan qurban. Dan ‘menyentuh’ disini berarti mencukur, mencabut, atau pun segala cara yang menyebabkan rambut itu hilang dengan sengaja.

Larangan tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk bagian kuku maupun rambut manapun. Artinya mencakup larangan mencukur gundul atau mencukur sebagian saja, atau sekedar mencabutinya. Baik rambut itu tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan maupun di ketiak (lihat Shahih Fiqih Sunnah II/376).

Nah, untuk pengingat bahwa tahun ini 29 Dzulqa’dah jatuh tanggal 27 Oktober 2011, itu pun batas akhirnya sampai sebelum maghrib. Karena dalam penanggalan hijriyah adzan maghrib menandakan hari baru. So, 27 Oktober 2011 maghrib sudah terhitung 1 Dzulhijjah. Jadi semua yang gondrong, mau rambut gondrong atau kuku gondrong silakan dipotong dan dirapikan sebelum 1 Dzulhijjah yak! Continue reading “Yang Mau Qurban, Jangan ke Salon Dulu yak! :D”

Ikut Waktu Wukuf atau Ikut Tanggal Sembilan?

Untuk waktu pelaksanaan puasa arafah; Apakah ikut waktu jama’ah haji wukuf atau ikut penanggalan hijriyah waktu setempat dan tidak berpapasan dengan wukuf di arafah?

Permasalahan yang sering muncul di Indonesia adalah; apakah saat jamaah haji wukuf di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah kita ikut puasa arafah di Indonesia padahal saat itu masih tanggal 8 Dzulhijjah, atau kita menunggu tanggal 9 Dzulhijjah baru puasa arafah? Dan ini selalu menjadi permasalahan. Maka di bawah ini adalah pendapat ulama tentang hal ini. Bukan pendapat penulis, sekali lagi ini pendapat para ulama.

<drag> <copy> <paste>

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mendapat pertanyaan sebagai berikut,

“Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arofah disebabkan perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami tinggali ataukah mengikuti ru’yah Haromain (dua tanah suci)?”

Syaikh rahimahullah menjawab,

“Permasalahan ini adalah derivat dari perselisihan ulama apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah.

Misalnya di Mekkah terlihat hilal sehingga hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sedangkan di negara lain, hilal Dzulhijjah telah terlihat sehari sebelum ru’yah Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Mekkah adalah tanggal 10 Dzulhijjah di negara tersebut. Tidak boleh bagi penduduk Negara tersebut untuk berpuasa Arofah pada hari ini karena hari ini adalah hari Iedul Adha di negara mereka. Continue reading “Ikut Waktu Wukuf atau Ikut Tanggal Sembilan?”

Bahkan Melebihi Jihad Fii Sabilillah

Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah,…”

Sekarang kita berada di penghujung Dzulqa’dah. Nah, mumpung belum nyampe ke Dzulhijjah, baik jika kita ketahui lebih lagi bagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat dalam menyambut bulan ini.

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” [HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757]

Bahkan di surah Al Fajr pun disebutkan bahwa Allah bersumpah dengan 10 hari awal bulan Dzulhijjah untuk menyatakan bahwa hari-hari ini adalah hari-hari yang utama,

“Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2) Continue reading “Bahkan Melebihi Jihad Fii Sabilillah”

Sahabat

“Bersahabat karena Allah”, semoga dikumpulkan kelak di surga karena sebab sederhana yaitu saling mencintai karenaNYA…

”Ada tiga perkara jika ada pada diri seseorang , ia akan mendapatkan manisnya iman. Ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya, mencintai seseorang karena Allah dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka setelah diselamatkan darinya” (HR Bukhari dan Muslim)

Sahabatmu adalah mereka yang mau menyatakan kesalahanmu walau tahu menyakitimu, menyampaikannya dengan baik karena takut engkau terluka, dan menasehatimu baik engkau minta walau pun tidak… Sahabat melakukan dengan satu alasan; peduli!

Siapa bilang dia tidak takut melihat ekspresimu berubah saat mereka menyampaikan kesalahan yang engkau lakukan. Siapa bilang mereka punya nyali besar untuk menyatakan kepeduliannya dengan lintasan pikiran bahwa engkau pasti akan marah padanya. Sahabatmu hanya manusia biasa yang tidak ingin engkau makin terjerumus, tercelup dalam kubangan sampah lama-lama, dan terjun bebas ke dalam karena kau sudah berada di tepi jurang. Tangannya selalu terjulur bebas untuk menangkapmu, menarikmu, membantumu membersihkan, membuatmu lebih cemerlang. Dialah sahabat. Continue reading “Sahabat”

Shalat Hanya Buat Mereka yang Taat

(-)

Shalat hanya buat mereka yang taat. Mereka yang baik, minat dengan yang namanya ibadah… Heran, kenapa mereka begitu semangat pergi ke masjid saat adzan berkumandang. Terkadang bingung, kenapa mereka begitu menyebalkan dan tidak ada lelahnya mengajak orang shalat. Hidupku urusanku, hidupmu urusanmu. Suatu saat juga aku akan shalat. Shalat karena aku mau shalat, shalat bukan karena kalian merecokiku dengan mulut manis mengajak, lemah lembut mengingatkan, dan sedikit-sedikit menyindir. Menyebalkan…

(+)

Shalat itu kenikmatan. Apalagi cara kita untuk bersyukur atas semua nikmat yang tidak bisa dihitung ini selain shalat lima waktu, bagus sekali jika berjamaah, dan sangat utama jika tepat waktu. Shalat itu menyenangkan. Apalagi yang akan dilakukan seseorang untuk melakukan apa yang menghilangkan penat hidup, yang melepaskan lelah fisik bekerja, dan menenangkan hati dari kejamnya dunia. Aku ingin saudaraku yang lain pun merasakan apa yang aku rasa. Menikmati shalat, menyenangi shalat. Aku tidak akan berhenti sampai mereka semua tahu arti betapa Allah sayang kepada kita dengan menyuruh kita semua untuk shalat. Hanya sepuluh menit tiap shalatnya… Apakah itu begitu berat? Okelah, lima menit tiap shalatnya. Ayolah saudaraku… Matamu masih bisa melihat itu nikmat Allah, bersyukurlah dengan shalat karena mata itu… Mudah bukan? Continue reading “Shalat Hanya Buat Mereka yang Taat”

Jangan Lama-lama di Kamar Mandi

Masih ingat dengan lafal doa masuk kamar mandi yang pernah diajarkan di TPA waktu kecil dulu? Tahukah anda, bahwa doa masuk kamar mandi itu memiliki arti jangan lama-lama berada di kamar mandi? Masih ingat? Dibaca saat hendak masuk ke kamar mandi tidak nih? Owh… Lupa tah. Mari kita review kembali. Doanya di bawah ini,

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Allaahumma Innii A’udzu Bika Minal Khubutsi wal Khabaaitsi

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari syetan laki-laki dan syetan perempuan.

Atau:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Bismillaahi Allaahumma Innii A’udzu Bika Minal Khubutsi wal Khabaaitsi

Artinya: Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari syetan laki-laki dan syetan perempuan.

Sama sekali tidak bohong. Kenapa para ulama tidak menyarankan kita berlama-lama di kamar mandi adalah karena kamar mandi adalah basecamp-nya syetan. Karena WC dan semisalnya merupakan tempat kotor yang dihuni oleh syetan maka sepantasnya seorang hamba meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar ia tidak ditimpa oleh kejelekan makhluk tersebut. (Asy Syarhul Mumti‘, 1/83). Tempat kotor, tempat membuang kotoran, tempat itulah tempat berkumpulnya setan. Continue reading “Jangan Lama-lama di Kamar Mandi”

“What?! Memuji sama dengan memenggal leher?!”

Ibnu Athaillah berpesan, “Orang yang menghormatimu, sebenarnya ia hanya menghormati keindahan tutup yang diberikan Allah untuk (menutupi aib)-mu. Maka, yang wajib dipuji adalah Dzat yang menutupi (aib)-mu.”

Siapa yang tidak senang dipuji? “Anda hebat”, “Anda berbakat”, “Anda kuat”, “Anda pintar”, segala macam jenis kata-kata manis yang selalu jadi idaman setiap manusia dunia yang menunjukkan bahwa apa yang telah kita usahakan punya arti, ada penghargaan, dan tidak sia-sia. Namun manusia adalah tempatnya salah dan aib. Maka apabila ada seseorang yang memujimu, itu berarti bahwa Allah menutupi aib-aibmu dengan sebaik-baik tutupan; tutupan pujian. Menampakkan kebaikan, bukan aib yang kita sembunyikan yang jika Allah mau maka tampaklah semuanya. Yang tampak adalah dirimu yang cantik luar biasa bukan si buruk rupa. Karunia besar dari Allah pada kita semua, buka untuk disombongkan tapi untuk disyukuri.

Tidak pantas kita sombong, pujian hanya sebuah belas kasihan Allah kepada hamba hina tak punya apa-apa, tak berdaya jika tak diberikan kekuatan, tidak berakal jika tidak diberikan pemahaman, tidak kaya raya jika tak dititipi harta benda sementara. Terlena dengan pujian itu manusiawi, namun kemanusiaan harus selalu berkait erat dengan ketauhidan. Maka dari itu Rasulullah menegur salah seorang sahabat yang memuji sahabat lainnya secara langsung;

“Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Bakar ra.)
Senada dengan hadits tersebut, Ali ra. berkata dalam ungkapan hikmahnya yang sangat populer, “Kalau ada yang memuji kamu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu, daripada kamu terbuai oleh pujiannya.” Continue reading ““What?! Memuji sama dengan memenggal leher?!””